Jika kita masih hidup sekarang maka kita harus menunggu kapan giliran kita untuk mengakhiri hidup. Entah kapan dan dimana. Kita tidak tahu! Mungkin sedetik lagi, sejam lagi atau mungkin sekarang? Apakah masih ada waktu untuk BERTAUBAT???

Sabtu, 10 Januari 2009

Nafsu

Tingkatan Nafsu

Allah berfirman yang maksudnya :
"Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah orang yang mengotorinya"

Islam menganggap nafsu itu sebagai musuh. Allah SWT telah menegaskan yang maksudnya :
"Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan"

Dalam ayat ini digunakan tiga bentuk ketegasan, yakni in - taukik, lam - taukik dan fill (Isim fill mubalaghah). Ini menunjukkan bentuk penekanan yang "sungguh-sungguh" membawa kepada kejahatan.

Nafsu adalah musuh dalam diri. Bahkan ia sebagian daripada diri manusia. Ia adalah jismul latif (jisim yang tidak dapat dilihat). Ia sebagian daripada badan tetapi ia perlu dibuang. Jika tidak dibuang ia musuh, hendak dibuang ia sebagian daripada diri. Oleh karena itu sangat sulit untuk melawan hawa nafsu. Nafsu adalah jalan atau high way bagi syaitan. Ini diterangkan oleh hadis Rasulullah SAW yang maksudnya :
"Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitkan jalan syaitan melalui lapar dan dahaga"

Ini menunjukkan syaitan dapat dilawan dengan melawan hawa nafsu secara mengurangi makan atau berpuasa. Jika nafsu tidak terdidik, jalan syaitan adalah besar. Sedangkan syaitan itu juga adalah musuh. Firman Allah yang maksudnya :
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata"

Penegasan tentang syaitan sebagai musuh hanya sekali berbanding dengan tiga kali pada nafsu. Ini menunjukkan nafsu lebih jahat daripada syaitan. Syaitan dapat lorong (peluang) yang amat luas untuk merusak manusia jika nafsu tidak terdidik.

Menghalau (mengalahkan) syaitan tidak dapat ditiup atau dijampi-jampi. Tetapi didiklah hawa nafsu, niscaya syaitan akan sukar untuk mempengaruhi diri. Jika nafsu terdidik, jalan syaitan akan terputus. Yang bisa dijampi dengan ayat-ayat Quran ini ialah bila syaitan merusak jasad lahir manusia. Jika ini terjadi, syaitan bisa dilawan dengan ayat Kursi, surah An Naas atau lain-lain. Memang ada nas yang menyatakan demikian. Tetapi jika syaitan merusak hati, jampi-jampi itu tidak dapat digunakan lagi tetapi hendaknya didiklah hawa nafsu. Sedangkan bila hati rusak, rusaklah seluruh anggota badan. Oleh karena itu, pada syaitan tdak usah ambil pusing sangat tetapi didiklah nafsu, bermujahadahlah. Jika nafsu tidak terdidik maka mudahlah jalan syaitan mempengaruhi kita. Oleh karena itu perangilah nafsu nescaya secara otomatis akan terpengaruhlah syaitan.

Nafsu diperlukan untuk manusia. Dengan nafsu manusia bisa menjadi kecewa, celaka dan dapat masuk Neraka. Tetapi nafsu juga bisa menjadi alat untuk sampai kepada kebahagiaan di dunia sebelum sampai ke Akhirat.

Ketika Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal, "Siapakah kamu, siapakah Aku ?" Jawab akal, "Saya hamba, Engkau Tuhan". Kemudian Allah arahkan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal turut perintah Allah, ini menunjukkan akal begitu taat.

Kemudian Allah iringkan dengan mencipta nafsu, ketika Allah tanya nafsu "Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?" jawab nafsu dnegan sikap membantah, "Engkau-Engkau, aku-aku" Allah murka dengan nafsu. Allah berikan didikan supaya insaf pada nafsu. Allah masukkan ke Neraka selama 100 tahun, dipukul, dibakar hingga tinggal arang dan hangus. Bila diangkat Allah tanya lagi "Siapa engkau, siapa Aku ?" baru dia kenal Tuhan, "Engkau Tuhan, aku hamba"

Bila Allah ciptakan Nabi Adam as, Allah masukkan akal dan nafsu dalam tubuhnya. Ketika Adam datang ke bumi, zuriat manusia bertambah, maka nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal.

Bila akal dan nafsu ada dalam tubuh manusia, maka terjadilah pertentangan di antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah henti-henti, kadang-kadang menang nafsu, kadang-kadang menang akal. Buktinya bila berhadapan dengan kebaikan, nafsu ajak kepada kejahatan, akal ajak kepada kebaikan. Kalau kita ikut nafsu, kita kalah, ikut akal kita menang. Namun bagaimanapun nafsu perlu untuk manusia. Bila nafsu habis, manusia akan habis. Contohnya nafsu seks, kalau tidak ada, maka zuriat manusia tidak akan berkembang. Begitu juga dengan nafsu makan, tidak akan habis ia merupakan semula jadi. Kalau nafsu makan tidak ada, orang itu akan mati. Tentang nafsu kelamin ini pernah datang seorang sahabat kepada Rasulullah dan memberitahu untuk membunuh nafsu kelaminnya agar ia dapat berjuang sungguh-sungguh, tetapi Rasulullah melarang, sebab Rasulullah juga berumah tangga dan suka dengan zuriat ramai.

Pernah suatu saat ada seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah untuk berpuasa terus menerus, agar dapat lebih berbakti kepada Allah. Itupun Rasulullah larang karena Baginda juga berpuasa dan juga berbuka. Rasulullah juga bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan dunia dan Akhirat. Jadi Rasulullah memberi jalan tengah, bahwa nafsu ini adalah perlu untuk manusia. Cuma jangan tersalah langkah, ia akan ke Neraka. Rasulullah bersabda yang maksudnya "Ada dua lubang yang dapat menyebabkan seseorang masuk Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut, dua lubang ini juga dapat menyebabkan seseorang masuk Syurga".

Nafsu ini dapat kita jadikan kuda untuk ke Syurga. Ada setengah orang bila dengar nafsu, terbayang perkara-perkara jahat saja. Nafsu itu adakalanya jahat, adakalanya baik. Nafsu akan jadi baik bila dilatih. Al Imam Al Ghazali mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, bila dilatih dia akan dapat jadi baik.

Ulamak-ulamak Islam telah membagikan nafsu kepada 7 peringkat :

1. Ammarah
2. Lauwamah
3. Mulhamah
4. Muthmainnah
5. Radhiah
6. Mardhiah
7. Kamilah

NAFSU AMARAH

Allah berfirman dalam Al Qur'an, maksudnya :
"Tidak ada kebaikan dalam diriku, karena sesungguhnya nafsu itu senantiasa mengajak kepada kejahatan"
[Yusuf : 53]

Dalam ayat tadi, ada kaitan dengan peristiwa Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha, isteri perdana menteri Mesir. Barang siapa yang memiliki nafsu ammarah, dia tidak dapat tahan lagi untuk menjaga kehormatan dirinya, walaupun dia orang terkenal, akan jatuh jadi hinalah orang yang menurutkan nafsu ammarah. Orang yang memiliki nafsu ammarah, tidak mampu lagi untuk menjaga dirii supaya tidak terjerumus ke dalam maksiat. Mengapa kita lihat orang yang tidak disangka-sangka tiba-tiba minum arak, punya simpanan perempuan, korupsi dan sebagainya. Ini adalah nafsu ammarah yang ada dalam diri.

Nafsu inilah yang mendorong manusia kepada kejahatan. Jika bisa berbuat maksiat, baru terasa puas. Bahkan berlomba-lomba, siapa yang paling banyak buat maksiat. Orang yang berada di peringkat nafsu Ammarah tak peduli dengan Akhirat. Mudah kecewa tidak tahan bila diuji. Allah panjangkan umur mereka, agar puas dengan maksiat, bila mati dengan mudah Allah akan lemparkan ke dalam api Neraka. Orang yang mempunyai nafsu Ammarah adalah nafsu ahli Neraka. Ada juga yang mencoba berpura-pura baik, agar mudah dengan kejahatan dan mencari keuntungan diri.

NAFSU LAWWAMAH

Orang yang sudah ada bunga kesadaran, keinsafan, dia sadar kejahatan itu berdosa dan kebaikan itu pahala, dia ingin berbuat baik, tetapi tidak tahan lama, waktu jatuh dalam kejahatan dia resah tak tentu arah, walaupun dia puas dengan kejahatan tapi hati menderita dengan kejahatan. Rasa berat untuk keluar dari kejahatan. Timbul perebutan antara nafsu dan akal, nafsu mengajak kepada kejahatan, akal mengajak kepada kebaikan. Orang yang memiliki nafsu lawwamah belum dapat membuat keputusan untuk berbuat baik baik. Ia seperti daun lalang, ikut kemana arah angin bertiup. Tidak ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat, dia bisa melakukan kejahatan lagi sesudah ia berbuat baik. Kadang-kadang ke tempat ibadah, kadang-kadang ke tempat maksiat, hatinya selalu merintih kepada Allah bila tidak dapat melawan nafsu untuk membuat maksiat. Atau tidak dapat istiqomah dalam berbuat kebaikan.

NAFSU MULHAMAH

Firman Allah artinya :
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, jalan kejahatan dan ketaqwaan"
[Asy-Syams : 8]

Bagaimana rasa hati orang yang memiliki nafsu mulhamah ini ? Yaitu apabila hendak berbuat amal kebajikan terasa berat. Dalam keadaan bermujahadah dia berbuat kebaikan-kebaikan karena sudah mulai takut kemurkaan Allah dan Neraka. Bila berhadapan dengan kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat, tetapi hatinya dapat melawan dengan mengenangkan nikmat di Syurga.

Dalam hatinya masih banyak sifat-sifat mazmumah. Dia sudah dapat mengenali penyakit yang ada dalam dirinya. Cuma tidak bisa lawan. Dia mencoba beribadah dengan sabar. Rasulullah bersabda kepada orang ini yang artinya :
"Beribadahlah kepada Allah dalam dirinya, Cuma tidak boleh rasa syukur dengan rasa sabar"

Apa arti sabar ?

Sabar itu menahan rasa tidak setuju dalam hati, melahirkan rasa setuju. Orang yang nafsu mulhamah, bila kena puji pasti dah rasa puas dan seronok. Ibadah yang dilakukan belum boleh khusyuk lagi. Bagaimana untuk melawan penyakit hati yang ada dalam orang yang berada di peringkat nafsu mulhamah ini ? Sebab ia didorong oleh nafsu dan syaitan. Sebab itu untuk mengelak dari godaan syaitan dan nafsu kena amalkan zikir-zikir dan wirid-wirid tertentu. Syaitan dan nafsu hanya takut pada tuannya saja yaitu Allah. Bila kita wirid dan zikir seolah-olah kita beritahu bahwa Allah melihat. Bila amal kebajikan itu dibuat karena Allah, bukan karena orang insya Allah istiqomah. Kalau amal kebajikan dibuat karena orang atau guru, tidak lama, ia akan buat apabila berhadapan dengan orang atau guru saja, di belakang guru dia dapat buat maksiat. Jadi setiap kebajikan mesti dibuat karena Allah. Orang yang pada peringkat nafsu ini juga perlu dipimpin oleh guru-guru atau syaikh-syaikh yang betul-betul kenal jiwa muridnya atau yang boleh mengasuh murid-muridnya.

Bila penyakit-penyakit hati sudah tiada lagi, ia akan rasa satu kemanisan baru dalam hatinya dan akan rasa benci dengan kejahatan. Waktu itu dia telah meningkat ke taraf nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah

NAFSU MUTHMAINNAH

Orang yang memiliki nafsu muthmainnah, Allah berfirman dalam Al Qur'an :
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku"
[Al Fajr : 27-30]

Hamba Tuhan yang sebenarnya mereka yang telah sampai kepada nafsu Muthmainnah. Sebelum itupun hamba juga. Cuma hamba yang didasarkan kepda dia buat atau dipaksa, bukan atas dasar keredhaan. Orang yang sudah sampai kepada nafsu ini, dia sudah dijamin Syurga.

Bagaimana sifat orang-orang yang memiliki nafsu Muthmainnah ? Yaitu bila dia buat amal. Kebajikan rasa sejuk hatinya, tenang dan puas. Selalu rasa rindu nak buat kebajikan, mereka senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah. Mereka ini dikatakan penggembala matahari (senantiasa menunggu waktu beribadah)

Hati senantiasa rindu dengan Allah, bila dia baca ayat Allah yang ada kaitannya dengan Neraka, dia rasa takut, cemas, ada yang pingsan, kadang-kadang ada yang mati. Dia takut dengan dosa, seolah-olah gunung akan menimpa kepalanya. Bila berkorban habis-habisan, baru rasa puas hatinya, senantiasa cemas dengan maksiat dan coba cegah habis-habisan. Dia akan bersabar dengan ujian dari Allah kepada dirinya. Doanya mustajab, Allah cepat kabulkan, rezekinya terjamin, dijamin oleh Allah. Bila selalu diuji dia sabar, akhirnya ia sudah bisa redha dengan ujian. Hasil dari kesabaran dan keredhaan dalam hatinya, maka ia akan meningkat kepada nafsu yang kelima yaitu nafsu Rodhiah.

NAFSU RODHIAH

Sifatnya :

Walau kecil tentang larangan, ia akan tinggalkan sungguh-sungguh, bagi dia makruh, dia anggap macam haram, yang sunat dia anggap macam wajib. Kalau tidak buat yang sunat seolah-olah rasa berdosa, kalau kita lihat riwayat mereka kadang-kadang kalau anak mati mereka berkata "Alhamdulillah". Pernah terjadi dalam sejarah, seorang ibu bila orang membawa berita tentang anaknya yang gugur di medan jihad. Dia rasa gembira, orang ini suda bisa jauhkan diri dari perkara yang syubhat, bila disuruh pada jihad pada jalan Allah mereka sambut macam hari raya. Kalau kita lihat takbir hari raya itu adalah hasilnya dan takbir selepas para sahabat mendapat kemenangan di peperangan Khandak.

Setengah mereka kalau dilarang ke medan jihad mereka menangis, di dalam Al Qur'an ada disebut "asnabul buka" sebanyak 18 orang, bila Rasulullah tiada kendaraan untuk bawa mereka dalam peperangan Tabuk. Mereka menangis siang dan malam mengadu kepada Allah, apakah dosa mereka karena tidak dipilih ke medan jihad. Hingga Allah turunkan wahyu kepada Rasulullah bahwa mereka menangis sepanjang malam, mereka sangka mereka banyak dosa. Mereka begitu cinta dengan mati syahid. Mereka redha terhadap apa yang Tuhan redha.

Dalam beribadah kepada Allah, bukan sekedar sedap membaca, bahkan sedap beramal. Akhlak mereka terpuji di sisi Allah. Dapat memberi maaf ketika berkuasa. Satu peristiwa, sahabat Rasulullah yang memiliki hamba, suatu hari hambanya bawa dulang, yang berisi daging kambing, tiba-tiba pisau yang terletak di atas dulang terjatuh di kepala anaknya yang sedang merangkak dan terus mati. Dalam keadaan demikian hamba tadi merasa takut, maka kata sahabat tadi "Bertenanglah kamu, anak itu Allah punya, Allah ambil balik, maka pada hari ini aku memerdekakan kamu"

Tidak ada siapa yang boleh berbuat demikian kecuali mereka yang memiliki nafsu Rodhiah. Mereka akan rasa menderita bila sahabat terjerumus kepada maksiat. Mereka akan doakan khusus untuk sahabatnya di malam hari agar terselamat dari maksiat. Mereka juga banyak mendapat pertolongan dari Allah, diantaranya firasat yang Allah berikan, mereka mudah kenal dengan orang yang berbuat maksiat atau tidak. Mereka mudah pimpin masyarakat, sebab dia kenal sifat-sifat hati. Orang yang dia didik nasehat-nasehatnya tepat, bila mereka dihalau dari masyarakat, tunggulah bala Allah akan turun. Banyak lahir karamah-karamah dari mereka, mulutnya masin apa yang disebut insya Allah akan terjadi.

s3leNgk4px......

Minggu, 04 Januari 2009

Islam

Mengenal Islam Lebih Dekat

BANGSA ini rabun membaca dan buta menulis. Demikian sastrawan Taufik Ismail, suatu saat, menggambarkan betapa minat baca bangsa ini rendah. Namun, jika melihat ramai dan beragamnya usia pengunjung Islamic Book Fair Kedua yang berlangsung tanggal 7-16 Maret di Istora Bung Karno Senayan, Jakarta, sulit dipercaya adanya kenyataan minat baca bangsa ini yang dinilai begitu rendah.

Anak usia playgroup yang diajak orangtuanya, anak sekolah dasar, mahasiswa, hingga mereka yang berusia lanjut, saat itu tampak memadati ruang kosong di depan stan pameran. Meskipun ada yang sekadar melihat-lihat, tidak sedikit juga yang mencari buku yang diinginkan, membaca, dan membeli buku yang dipamerkan itu.

Daya tarik Islamic Book Fair ini mungkin bukan sekadar pada buku dan beragam produk bernuansa Islam yang ditawarkan. Akan tetapi, ada dorongan kuat dari masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dekat tentang Islam. Haidar Bagir, Direktur Utama Mizan, pernah mengatakan bahwa perkembangan pesat literatur keislaman bisa dirunut pada fenomena yang terjadi di masyarakat di awal tahun 1970-an.

Tokoh Islam Nurcholish Madjid untuk pertama kali menyebut fenomena tersebut sebagai lahirnya kaum terpelajar dari kalangan Muslim santri. Sejak akhir dekade yang sama, kegairahan baru terhadap suasana keislaman pun tumbuh di mana-mana. Tidak heran kalau suasana ini kemudian mendorong lahirnya penerbit-penerbit yang mengusung buku-buku bernuansa Islam.

Ciri utamanya, buku yang terbit lebih maju, baik dari segi substansi kandungan, gaya penyajian, artistik, maupun media yang dipergunakannya, dibanding terbitan-terbitan sebelumnya. Pasalnya, selama ini ada imaji (citra) bahwa buku- buku Islam itu sekadar mempersoalkan hidup mati yang dibahas secara membosankan.

LITERATUR Islam yang disajikan tidak hanya menggunakan media kertas seperti pada umumnya sebuah buku, tetapi ada yang memanfaatkan peralatan multimedia. Tidak heran kalau membaca buku-buku Islam saat ini terasa tidak lagi membosankan bahkan semakin menarik.

Perkembangan pesat terjadi sejak awal tahun 1990-an. Bahkan, jumlah penerbit Islam berkualitas serta sukses di pasaran semakin bertambah. Kecenderungan ini bukan saja memperkuat gejala kegairahan baru terhadap Islam, tetapi juga memberi peluang untuk menimba pengetahuan dari suatu spektrum pemikiran Islam yang makin lama makin kaya.

Misalnya, Penerbit Mizan melalui buku terjemahan Bagai Mutiara Peradaban karya Annemarie Schimmel mengajak pengunjung Islamic Book Fair untuk berolah pikir melalui diskusi dan bedah buku.

Schimmel adalah warga negara Jerman yang dianggap seperti mutiara karena membawakan pemahaman yang lebih baik tentang Islam kepada Barat. Karya Schimmel yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia antara lain Rahasia Wajah Suci Ilahi: Memahami Islam secara Fenomenologis (1996) dan Jiwaku adalah Wanita: Aspek Feminin dalam Spiritualitas Islam (1998).

Tema buku-buku Islam pun tidak lagi terbatas pada pembahasan keislaman secara rumit dan hanya bisa dipahami kalangan terbatas. Tidak sedikit tema-tema keagamaan yang berat dibahas secara populer sehingga bisa dibaca siapa saja. Seperti Tafsir Sufi Al-Fatihah yang ditulis Jalaluddin Rakhmat dan diterbitkan oleh Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Fenomena lain yang semakin memperkuat semangat penerbitan buku-buku Islam dan membuat Islamic Book Fair ini menarik adalah munculnya Taman Pendidikan Al Quran (TPA) dan lembaga pendidikan Islam sejak awal tahun 1990-an. Di dalam kegiatan mereka, lembaga pendidikan ini telah mengakrabkan anak-anak kecil dari keluarga Muslim dengan kitab sucinya, Al Quran. Selain itu, juga mengakrabkan anak-anak itu dengan berbagai literatur Islam lainnya.

Tidak heran jika VCD Harun Yahya yang banyak menyajikan ilmu pengetahuan dengan keislaman melalui seri pengetahuan populer banyak dicari pengunjung. Seperti yang terlihat di salah satu stan di Islamic Book Fair yang menyediakan VCD Harun Yahya.

Perkembangan literatur Islam semakin berlanjut. Minimnya sumber-sumber terjemahan bagi buku-buku anak dan remaja yang mampu membawakan pesan-pesan Islam menantang penerbit buku untuk kreatif menciptakan karya-karya orisinal dari dalam negeri.

Oleh karena itu, beberapa tahun belakangan ini masyarakat bisa menikmati seri Cerita Pesantren, komik Ibadah, seri Cerita Nabiku, dan novel Remaja Islami (Nori) yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Selain itu, ada juga buku bimbingan anak usia taman kanak-kanak yang dilengkapi dengan VCD seperti yang diterbitkan oleh Aku Anak Saleh.

Buku-buku bimbingan untuk mempelajari Al Quran juga semakin beragam. Bahkan, metode yang diperkenalkan tidak tunggal. Ada metode An Nur yang menawarkan bimbingan dalam dua jam bisa membaca Al Quran tanpa bimbingan langsung dari guru, kecuali melalui buku dan VCD. Penawaran metode inovatif pengajaran Al Quran itu dikemas dalam paket yang sangat menarik. Ada juga Al Quran elektronik atau CD-ROM yang bisa memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin membaca dan menghafalnya.

Di sini terlihat betul, literatur berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Semangat keislaman, bangkitnya lembaga pendidikan Islam, dan komunitas Islam yang semakin terbuka, telah mendorong perkembangan literatur Islam.

Perkembangan literatur Islam ini pada satu titik telah memberikan pencerahan baru. Bukan saja bagi kaum Muslim, tetapi juga bagi siapa saja yang tertarik mempelajari Islam.

s3leNgk4px......
Nama yang harum muncul dari dalam hati yang merendah, yang dapat menerima hinaan, kesabaran dan kerendahan hati menyebabkan budi pekerti menjadi agung

Selamat Datang

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Ini
Semoga Allah SWT Slalu Memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya Kepada Kamu Sekalian
Amin.....................!!!!!!!

Kata - Kata Mutiara

Tiada ketentraman yang lebih tentram dari pada tahu batasnya akan kecukupan, tiada yang lebih bahaya dari pada kebanyakan bicara, tiada kegembiraan yang lebih gembira dari pada beramal, tiada kesengsaraan dari pada sengsaranya keserakahan, tiada akal yang lebih panjang dari pada di dalam permainan akal-akalan, tiada yang lebih kerdil daripada kerdilnya keyakinan akan diri sendiri yang berlebihan, tiada yang lebih terang daripada terangnya hukum alam, tiada yang lebih gelap daripada gelapnya kenifan diri sendiri, tiada kejahatan yang lebih jahat daripada mengumbar nafsu, tiada bahaya yang lebih besar daripada bahaya yang ditimbulkan dari mempergunjingkan orang lain.